Minggu, 14 Juni 2015



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Landasan Teoretis
1.      Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan. Kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah mengikuti PKP ialah mampu memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran bidang studi atau pembelajaran tematik yang diajarkan di SD dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Tim FKIP UT (2013) menyatakan PKP sebagai muara dari program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran.
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai teori dan prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan, serta perencanaan dan pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan dikelas. Pendapat Suyadi (2012), PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama.
Suharsini (2007) mengemukakan ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. 
Karakteristik  PTK menurut Sukardi (2011) yaitu:
a.       Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Permasalahan yang muncul di kelas dan usaha untuk memperbaiki dari permasalahan tersebut muncul dari dalam guru sendiri secara alami, bukan dari dan oleh orang lain.
b.      Penelitian melalui refleksi diri (self-reflection inquiry). PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari apa yang telah dilakukannya sendiri (bukan bersumber dari orang lain) melalui refleksi diri untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang telah dilakukannya dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik.
c.       Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
d.      Langkah-langkah yang penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. Siklus penelitian tersebutyang memiliki pola: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), refleksi (reflection), dan revisi (revision).
Sukayati  dalam Ansori (2008) berpendapat manfaat PTK yang yang terkait dengan pembelajaran hampir sama dengan yang disampaikan oleh antara lain mencakup hal-hal berikut:
1.      Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan jaman.
2.     Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah.
3.     Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
Asrori (2007) berpendapat tujuan PTK ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelajaran yang selama ini dihadapi, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Oleh karena itu fokus utama penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh guru kemudian di cobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan alternatif itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
3.      Hakekat PKn
a.      Pengertian PKn
Supriya (2012) mendefinisikan Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang diambil dari nilai-nilai pancasila dan konsep kewarganegaraan yang bertujuan untuk pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga Negara, dan komponen bangsa Negara.
Winataputra (2014) berpendapat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang menitikberatkan  pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
b.      Tujuan PKn
Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Mulyasa (2007) adalah untuk menjadikan siswa :
1.      mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya, berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan,
2.      dapat berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan.
c.       Manfaat PKn
Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang:
1.      Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa
2.      Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3.      Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4.      Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5.      Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara
d.      Karakteristik PKn
Pkn merupakan mata pelajaran yang menanamkan pendidikan nilai dan moral. Pada usia sekolah dasar pendidikan nilai dan moral sangat diperlukan untuk mengontrol tindakan yang dilakukan. Pada masa ini khususnya untuk siswa kelas I, siswa hanya memandang benar dan salah. Mereka lebih memandang sesuatu dengan nyata.
e.       Materi PKn SD
Materi kelas I mata pelajaran PKn adalah:
1.      Hak anak di sekolah : berisi tentang apa saja yang di dapatkan siswa di sekolah
2.      Hak anak di rumah : berisi tentang  apa saja yang anak dapat di rumah
3.      Kewajiban anak di sekolah : berisi  tentang apa saja yang harus dilakukan anak di rumah
4.      Kewajiban anak di rumah : berisi tentang apa saja yang harus dilakukan anak di rumah.
Pada penelitian ini materi yang perlu di perbaiki melalui kegiatan penelitian adalah hak anak di sekolah karena hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah kurang maksimal. Peneliti menggunakan model picture and picture dengan harapan hasil pemahaman siswa tentang hak anak di sekolah dapat meningkat.

4.      Model Pembelajaran Picture and Picture
a.    Pengertian dan Tujuan Picture and Picture
Pembelajaran picture and picture menurut Hamdani (2010) adalah metode gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Penggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Pembelajaran ini memiliki cirri Aktif, Kreatif dan Menyenangkan.
Tujuan pembelajaran picture and picture bagi siswa yaitu merangsang siswa agar lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran PKn melalui media gambar ilustrasi. Model ini juga membangkitkan siswa dalam  keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan bagi guru yaitu menambah kreatifitas guru dalam menjelaskan materi agar siswa tidak jenuh dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru.
Menurut Istarani (2011) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture adalah :
1.   Kelebihan model pembelajaran picture and picture
a)      Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
b)       Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
c)      Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
d)     Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
e)      Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru
2.       Kelemahan pembelajaran picture and picture  
a)      Sulit menemukan gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran
b)       Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki
c)      Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran
d)     Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan

b.   Sintakmatik model pembelajaran picture and picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut  Istarani (2011) sebagai berikut.
1.    Guru menyediakan gambar yang akan digunakan
2.    Guru menunjuk siswa untuk menjodohkan gambar
3.    Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa menjodohkan gambar
4.    Guru mengembangkan materi dan menanamkan  konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
5.    Guru menyampaikan kesimpulan



c.       Sistem Sosial
Sistem sosial ditandai dengan guru melakukan komunikasi dengan siswa mengenai materi. Guru bukan sebagai pusat kegiatan belajar, tetapi juga melibatkan siswa sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa akan merasa lebih dihargai, sebagai contoh guru meminta pendapat siswa mengenai materi.
d.      Sistem Pendukung
Sistem pendukung yaitu menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk terlaksananya kegiatan pembelajaran. Sarana yang memadai akan mendukung keberhasilan pembelajaran. Guru berperan penting dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang digunakan guru harus inovatif, kreatif dan menyenangkan agar siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Kesiapan siswa juga sangat penting dalam proses pembelajaran.
e.       Dampak Instruksional dan pengiring
Dampak instruksional ialah pemahaman siswa dalam materi hak anak di sekolah mata pelajaran PKn pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru menyampaikan materi dengan mencontohkan peristiwa yang riil dengan gambar ilustrasi. Dampak pengiring ialah perilaku hasil belajar yang diperoleh siswa. Dampak pengiring ini terutama dihasilkan sebagai akibat terciptanya suasana dan kondisi tertentu yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, tanpa mengarah langsung dari guru. Setiap situasi, kondisi, pola interaksi, atau pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi berkembangnya perilaku dan sikap tertentu pada diri siswa

5.      Karakteristik Siswa
Peaget dalam Nurhayati (2011) berdasarkan pentahapan, perkembangan kognitif anak usia SD berada pada tahap opersinal konkret (concrete operasional). Istilah operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia nyata. Anak-anak usia SD dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan situasi-situasi yang mereka kenal. Anak-anak usia ini mengembangkan keterampilan penalaran logis dan konservasi karena telah menguasai konsep reversibilitas sepanjang berhadapan dengan dunia yang mereka kenal.
Nurhayati menambahkan anak-anak pada kelas-kelas sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran egosentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka.
Masa kelas rendah rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut.
1)      Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diraih).
2)      Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
3)      Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri).
4)      Suka membanding-bandingkan dirinya derngan anak lain.
5)      Apabila tidak dapt menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
6)      Pada masa ini (terutama usia6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

B.     Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan pembagian pada prinsipnya sudah dilakukan oleh orang lain menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Dengan merujuk penelitian tersebut, diharapkan guru dapat memenuhi solusi yang lebih tepat untuk permasalahan yang sama tentang penggunaan model pembelajaran picture and picture.
Penelitian yang dilakukan Moerwani (2011) berjudul “Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Belajar IPA pada Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri 2 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mengajar dengan menggunakan media gamabr dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran IPA. Hasil tes siklus I siswa yang tuntas KKM >69 meningkat menjadi 20 siswa (71%) dan pada siklus II siswa yang tuntas KKM> 69 meningkat menjadi 24 siswa (86%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model picture and picture terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Andriyani  pada tahun 2013 juga melakukan penelitian berjudul “Penerapan Teknik Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Kenampakan Alam”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran IPS materi kenampakan alam. Hasil pretest, persentase ketuntasan belajar mencapai 65%. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 68% kemudian meningkat lagi pada siklus II 94%, sehingga penggunaan model pembelajaran picture and picture siswa kelas V SDN 4 Pamalayan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Hidayati melakukan penelitian pada tahun 2013 berjudul “Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MIN Ngawen Gunungkidul Yogyakarta” yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran Picture and Picture pada siswa kelas IV. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I adalah  72,22%. Pada siklus II 88,89%. Jadi pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV MIN Ngawen Gunungkidul, Yogyakarta.
Dewi melakukan penelitian pada tahun 2013 berjudul “Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi pada Siswa Kelas II SDN Bringin 02 Semarang” yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru, meningkatkan aktivitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model Picture and Picture. Hasil penelitian siklus I keterampilan guru mendapat skor 31 dengan kriteria baik dan siklus 2 mendapat skor 36 dengan kriteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat skor 25,8 dengan kriteria baik dan pada siklus II mendapat skor 29,5 dengan kriteria baik. Hasil belajar siswa pada siklus I mendapat nilai rata-rata 72 dengan ketuntasan 72% dan pada siklus II nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan 94%.

C.    Kerangka Berfikir
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Metode berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Penggunaan metode yang sesuai akan merangsang siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. Metode pembelajaran yang sesuai juga dapat merangsang motivasi dan sikap siswa dalam belajar. Siswa akan lebih paham apabila guru memberi contoh nyata dalam kehidupan siswa.
Faktor guru juga mempengaruhi pemahaman siswa dalam belajar. Guru yang banyak berceramah akan mengakibatkan siswa bosan. Mereka akan lebih tertarik dengan hal lain, sebagai contoh bergurau dengan teman sebangkunya. Seringkali guru memberi contoh yang abstrak, sehingga siswa kurang mengerti apa yang dijelaskan guru. Melalui model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Metode pembelajaran picture and picture diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa  karena pembelajaran lebih inovatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan riil. Metode picture and picture cenderung belajar “memahami” bukan “menghafal”.



























Rounded Rectangle: 1. Nilai siswa rendah
2. Sikap siswa yang  kurang memperhatikan


Oval: Keadaan Awal











Rounded Rectangle: Siklus I
Penerapan model pembelajaran picture and picture materi hak anak di sekolah


Oval: Tindakan














Rounded Rectangle: Dengan penerapan model pembelajaran picture and picture diharapkan siswa menjadi paham terhadap materi hak anak di sekolah dan bersikap baik



Oval: Kondisi Akhir






 
















Gambar 2.1 Alur PTK dalam Perbaikan Pembelajaran PKn
D.    Hipotesis
Penerapan model pembelajaran Picture and Picture akan meningkatkan hasil belajar PKn materi hak anak di sekolah pada siswa kelas I SD Negeri 1 Campursari Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2014/2015.